Minggu, 15 Juni 2014

BAYI ANDA SULIT TIDUR? INI CARA AGAR BAYI TERLELAP


Ada bayi yang sulit tiduratau tidurnya tidak terpola dengan baik, kadang tidur sore hari atau bahkan saat larut malam tiba, matanya belum terpejam jua. Nah, supaya punya pola tidur yang teratur, alangkah baiknya bila mama mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1. 15 menit sebelum tidur, orangtua harus sudah meletakkan bayi di tempat tidur. Untuk awalnya kenali bagaimana ciri-ciri bayi sudah mengantukantara lain: 
  • Menangis keras.
  • Memukul–mukul lengannya.
  • Bayi menjadi gelisah, menarik–narik botol susu atau puting payudara ibu.
  • Bayi menggosok mata.
  • Bayi menarik–narik telinganya.
  • Menguap sambil mendesah dan bersuara pada saat menguap.
  • Menaruh kepalanya pada bahu Anda.
Ketika bayi memperlihatkan beberapa ciri-ciri tersebut di atas, segera letakkan di kasur. Lalu, dampingi rasa kantuk bayi dengan senandung tidur yang Anda nyanyikan dengan perlahan.
2. Atur suasana tidur yang nyaman
Rancanglah suasana kamar bayi dengan dekorasi yang menenangkan dan nyaman. Hindari menyemprotkan pewangi ruangan secara berlebihan, atau jangan gunakan sama sekali. Atur penerangan lampu dalam kondisi temaram agar bayi cepat mengantuk.
3. Tinggalkan bayi dalam kamarnya
Bayi yang baru belajar untuk tidur di kasur mereka sendiri akan mengalami proses adaptasi yang menyebabkan mereka cepat terbangun dan menangis. Maka dari itu, usahakan untuk memasang portable baby monitor di kamar bayi, yakni alat yang membantu ibu memonitor bayi yang berada di luar ruangan. Dengan demikian, Anda bisa beraktivitas mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sembari mengawasi si kecil lewat baby monitor di dekat Anda.

4. Jangan Terburu Untuk Menggendong 
Saat meletakkan bayi, umumnya mereka pasti akan menangis. Tunggulah selama 10 menit, jangan terburu-buru untuk menggendongnya kembali. Tenangkan bayi tanpa perlu mengangkatnya. Bisa dengan mengusap-usap kepalanya sembari bernyanyi "Nina Bobo",atau mengayunkan tempat tidurnya secara perlahan. Sebab, seusai menangis, bayi secara alamiah akan tertidur, ada atau tanpa kehadiran ibu di dekatnya. 
Dengan berbagai cara di atas, diharapkan bayi dapat tidur dengan lelap dan tidak sulit tidur lagi.  

Sumber: Kompas Female
 

INGIN SUKSES MEMBERIKAN ASI EKSLUSIF?? MINTA DUKUNGAN SUAMI ^_^


Peran dan dukungan suami sangat besar terhadap keberhasilan program ASI eksklusif. Seperti apa faktanya, berikut penjelasannya:
Hubungan Harmonis, Produksi ASI Meningkat
        Dukungan suami pada istri kala menyusui amat besar pengaruhnya bagi kelancaran produksi ASI. Sebab, hubungan yang baik pada kondisi psikis istri. Bila hubungan kurang harmonis, maka bukan tidak mungkin produksi ASI menjadi terhambat.
        Mengapa? Tak lain karena pikiran negatif istri akan membuat refleks oksitosin menurun. Padahal, oksitosin inilah yang menentukan  keluarnya ASI. Tanpa oksitosin, ASI dari "pabrik" susu tak bisa jalan ke "gudang" susu. Meski ASI diproduksi, tapi tetap diam tak bisa mengalir. Oksitosinlah yang melakukan tekanan untuk menggerakkan otot yang melingkar di dalam "pabrik" susu, hingga terjadi kontraksi dan "pabrik" susu mampu menyemprotkan ASI. Kalau sudah begitu, program ASI eksklusifpun terancam gagal.
Buat istri nyaman        Dukungan suami lainnya untuk keberhasilan memberikan ASI eksklusif, ciptakan suasana tenang dan aman bagi sang istri. Misalnya, memberi perhatian saat sang istri sedang menyusui atau memperhatikan kebutuhan istri, tak bikin masalah yang bisa membuat istri sedang kalut. Pun sebaiknya para suami bisa menolong mengurangi beban istri. Kalau si anak lapar, misal, jangan malah bilang, "Itu, lo, anakmu menangis." Sebaiknya justru suami yang mengangkat si anak, menggendongnya, baru sesudahnya menyerahkan ke istri untuk disusui.
Berikan Pijatan
Selama istri menyusui dan memberikan program ASI eksklusif, ia bisa memijat punggung istri dengan penuh kasih sayang atau mengambilkan minuman karena ibu menyusui harus banyak minum. Jangan lupa, sepulang kantor, tanyakan keadaan sang bayi dan istri. Hal-hal demikian sangat berdampak besar, lo, pada ketenangan pikiran istri. Dengan begitu, istri dapat tenang dan nyaman memberikanASI secara eksklusif pada bayi.
Ikut Merawat bayi 
          Sebenarnya bayi pun senang dirawat ayahnya. Penelitian menunjukkan, saat lapar, sebenarnya bayi lebih senang digendong ayahnya. Mungkin ia suka mendengar vibrasi napas bapak karena lebih enak terdengar dibanding ibunya. Itu sebabnya bila bayi rewel atau stres, biasanya ayah lebih mudah menenangkannya dibanding ibu. Jadi, harus disadari para suami, walau secara lahiriah ia tak bisa hamil dan tak bisa memberi ASI eksklusif, proses menyusui adalah proses keluarga.
          Bahkan kini di Amerika tengah digalakkan program sharing the bed, yang sebenarnya sudah dijalani orang tua kita zaman dulu. Yaitu bayi tidur dikeloni ayah-ibu, sehingga jika ia menangis bisa segera digendong ayah lalu diberikan pada istri untuk diberi ASI. Usai itu, suami kembali menggendong bayi dengan posisi berdiri sampai si kecil bersendawa. Bahkan suami juga bisa membantu istri mengganti popok anaknya. Dengan kata lain, terbentuk kerja tim.
Dengan dukungan suami, istri pun sukses memberikan ASI eksklusif untuk bayinya. 

3 PENYAKIT PENYEBAB ANAK SULIT MAKAN


Meskipun penyebabnya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor psikologis, problem sulit makan pada anak sering pula disebabkan infeksi atau kelainan bawaan. Kadang, bukan infeksinya sendiri yang menyebabkan kondisi anak menurun, melainkan sulit makannya itu. Oleh karena itu, atasi dulu penyakit yang ada agar kemampuan anak dalam hal makan berangsur pulih.
Ini 3 penyakit ataupun kelainan yang umumnya menghambat pola makan anak:

1. Gangguan susunan saraf 
        Kemampuan makan sangat berkaitan dengan berjalannya fungsi sistem saraf. Jika sistem ini mengalami gangguan, dari yang ringan hingga berat, maka selera makan anak akan turun. Apalagi jika gangguan itu disertai gejala kejang dan panas tinggi.
Contohnya, anak-anak yang mengalami retardasi mental akibat kelainan susunan saraf. Mereka sangat lemah dalam segala hal, termasuk dalam hal psikomotoriknya. Kepandaiannya pun berbeda dengan anak-anak normal. Demikian pula dalam hal makan; kalau anak normal sudah bisa makan nasi, anak terbelakang bisanya masih minum susu karena belum bisa mengunyah.
Adapun penyebab gangguan susunan saraf pusat, bisa bersifat genetik ataupun tidak. Ciri-cirinya bisa diketahui dari segi fisik.

2. Tuberculosis (TB/TBC)
Penyakit TB disebabkan basil tuberculosis yang disebut Mycobacterium tuberculosis. TB pada anak merupakan penyakit yang didapat atau ditularkan dari orang dewasa, baik di rumah, di “sekolah”, dan tempat umum.
Jika anak mengalami panas badan atau demam berkepanjangan dan tak juga turun kendati sudah diobati dengan berbagai macam obat penurun panas – misal, satu bulan demam tinggi dan adakalanya tak terlalu tinggi -, patut dicurigai ia terkena TB. Gejala lain, nafsu makan berkurang, sehingga berat badannya tak naik-naik kendati sudah mengonsumsi makanan bergizi. Bahkan, berat badan cenderung turun. Anak tampak kurus, lesu, dan tak bergairah.
Oleh karena itu, agar nafsu makannya pulih dan BB-nya pun naik, maka anak harus dibawa berobat, tentu secara rutin dan teratur. Biasanya pada dua bulan pertama sudah kelihatan ada perubahan, semisal kenaikan BB dan demam mereda. Namun, pengobatannya jangan dihentikan, lo, agar tak kambuh lagi. Soalnya, jika kambuh lagi, basilnya akan kebal dan pengobatannya sangat sulit. Jadi, pengobatan TB harus dilakukan tuntas.

3. Influenza
Influenza merupakan infeksi virus yang umum dengan gejala batuk, pilek, radang tenggorokan, demam, serta nyeri pada sendi. Influenza atau flu yang menyerang anak-anak akan membuatnya sulit makan. Tak heran jika sering terkena flu, berat badan anak pun tak kunjung bertambah atau malah turun.
Masalahnya, lendir yang terdapat di saluran napas bisa memaksanya bernapas lewat mulut. Jika mulutnya diisi makanan, tentu napasnya semakin sulit. Itulah mengapa ia jadi malas makan. Padahal obat flu karena virus ini justru istirahat yang banyak dan makan makanan bergizi.

TIPS MEMPERLANCAR ASI

Secara alamiah, semua ASIakan keluar. Tuhan tak membedakan satu ibu dengan lainnya. Seorang ibu yang mempunyai bayi kembar, baik kembar dua atau tiga sekalipun, tetap dapat menyusui anak-anaknya ASI. Semua memang tergantung dari keyakinan ibu sendiri. Dari awal memang harus diniatkan dan disiapkan sehingga bisa memberikan ASI.
        Untuk membuat ASI lancar, ibu aman dan nyaman, bayi juga senang, ada beberapa faktor yang mendukung agar produksi ASI jadi lancar:

1. Cari Info tentang ASI sebanyak-banyaknya
Pada saat hamil, ibu sudah sigap mencari informasi sebanyak mungkin tentang segala keunggulan ASI untuk menimbulkan motivasi menyusui. Info tentang ASI bisa didapat lewat diskusi dengan ahli kebidanan, membaca buku atau majalah, atau mendatangi klinik-klinik laktasi. Dengan begitu, ibu siap memberikan ASI yang lancar pada bayi.

2. Belajar Posisi Menyusui Bayi ASI
Ibu sudah belajar cara menyusui yang benar. Pelajari di klinik laktasi, di internet banyak bertebaran cara menyusui yang tepat, juga cara menyusui yang kurang pas.  Posisi ibu dan bayi yang benar penting sekali untuk keberhasilan menyusui. Kesalahan dalam posisi ini bisa menyebabkan puting lecet, peradangan pada payudara, atau bayi hanya mengisap udara karena cairan ASI tidak keluar.

3. Hindari memberi Makanan dan Minuman selain ASI
Tidak memberi makanan atau minum apa pun selain ASI pada bayi yang baru lahir, kecuali ada indikasi medis. Jangan khawatir, bayi tidak akan sakit meski ASI belum diberikan pada hari-hari pertama kehidupannya. Dalam keadaan normal, cadangan tenaga dan air yang dibawa sejak lahir, cukup untuk pertahanan dirinya di hari-hari pertama selama proses menyusui belum mantap. Pemberian cairan lain justru akan membuat bayi malas menyusui. Semakin bayi ogah menyusu, maka produksi ASI akan menurun, sehingga kelak menjadi tidak lancar.

4. Pilih Rumah Sakit Pro-ASI
Untuk keberhasilan ASI eksklusif, saat persalinan, pilihlah rumah sakit yang melaksanakan kebijakan rawat gabung sehingga ibu dan anak bersama terus selama 24 jam. Di samping mempererat ikatan ibu dan anak sejak awal, hal ini juga membuat ibu dapat memberi ASI secara on demand (saat dibutuhkan).Keberhasilan memberikan ASI di awal akan menentukan lancarnya ASI di kemudian hari.

5. Siapkan Mental Agar ASI lancar
Ibu sudah sangat siap secara fisik dan mental untuk menyusui. Naluri keibuan akan timbul pada saat ibu melihat bayinya. Rasa
bahagia ingin menyentuh dan menyayangi akan membuat hormon oksitosin bekerja memproduksi ASI dan payudara siap mengeluarkan ASI yang banyak dan lancar.

6. Minta Dukungan Suami
Dukungan suami sangat menentukan sebab pemberian ASI eksklusif dan lancarnya ASI. Bahkan 50 persennya ditentukan pula oleh suami. Perlu diingat bahwa proses menyusui atau memberi makan bayi bukanlah urusan ibu semata. Suami pun harus membantu sehingga istri tak gelisah dan pikirannya tenang. Jika gelisah ASI tak bisa keluar.
       Dari sebuah survei yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI), pada 1995 terhadap ibu-ibu se Jabotabek, diperoleh data bahwa alasan pertama berhenti memberikan ASI adalah "takut ditinggal suami" karena payudara menjadi jelek. Ingatlah bahwa yang mengubah bentuk payudara adalah kehamilan, bukan menyusui!

7. Cari suasana yang tenang saat menyusui.
        Kalau ibu merasa relaks dan nyaman, ASI bakal lancar keluar. Itu sebabnya, dalam memberikan ASI harus di ruangan yang tenang, tak banyak mengobrol, boleh sambil mendengarkan musik yang relaks.

8. Hindari stres.
        Ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk tidak stres. Stres dan depresi mempengaruhi produksi ASI, sehingga hormon oksitosin tak  dapat mengeluarkan ASI secara optimal. Produksi ASI pun menjadi tidak lancar. 

FAKTA TENTANG ASI


ASI memang ajaib dan unik. Salah satunya komposisi ASI berbeda dari hari ke hari. Berikut 4 fakta tentang ASI lainnya:


1. Komposisi ASI Ibu yang melahirkan prematur berbeda dengan komposisi ASI ibu yang Melahirkan Normal 
Komposisi ASI pada ibu yang satu akan berbeda dengan komposisi ASI pada ibu lain. Misal, dua ibu melahirkan pada hari, tanggal, dan jam yang sama. Namun ibu yang satu melahirkan di usia kehamilan 9 bulan, sedangkan ibu yang satunya di usia kehamilan 7 bulan. Nah, ASI yang diproduksi sesuai dengan yang dibutuhkan untuk bayi yang dilahirkan pada masing-masing usia kehamilan tersebut. Jadi, komposisi ASI pada ibu yang melahirkan di usia kehamilan 9 bulan memang diperuntukkan bagi kebutuhan bayi yang lahir di usia kehamilan tersebut. Begitupun komposisi ASI pada ibu yang melahirkan di usia kehamilan 7 bulan diperuntukkan hanya bagi bayi tersebut.
Selain itu, ASI pada ibu yang sama-sama melahirkan di usia kehamilan 9 bulan pun berbeda, karena bakteri-bakteri yang pernah didapat pada tiap ibu berbeda-beda. ASI pada ibu A, misal, mengandung bakteri-bakteri yang pernah didapat oleh ibu A. Pada ibu B, ASI-nya juga mengandung bakteri-bakteri yang pernah didapat oleh si ibu tersebut. Dengan demikian, bila ibu A pernah kena demam berdarah semasa hamil, misal, maka bayinya sudah terlindung dari virus demam berdarah setelah mendapatkan ASI. Tapi bila bayi ibu A disusui oleh ibu B yang belum pernah kena demam berdarah, maka bayi ibu A tidak terlindungi dari virus tersebut.
2. Komposisi ASI berbeda dari hari ke hari.
ASI dibagi dalam 3 jenis, yaitu susu jolong atau kolostrum yang keluar pada 0-7 hari setelah si ibu melahirkan; susu transisi, yaitu susu hari ke-7 sampai ke-10; dan susu mature. Komposisi masing-masing susu ini berbeda satu sama lain.
Susu kolostrum lebih bersifat sebagai obat ketimbang minum dan makannya. Hingga, bayi yang minum susu ini biasanya turun berat badannya. Apalagi susu kolostrum biasanya tak banyak, rata-rata cuma 30 cc dalam 24 jam. Makanya, banyak ibu bingung, mengira ASI-nya belum keluar. Padahal, memang selama 7 hari itu, ASI yang keluar cuma sedikit. Namun jangan salah, satu tetes susu kolostrum mengandung 1 juta antibodi. Sayangnya, banyak orang tak tahu mengenai susu kolostrum ini, hingga si bayi yang baru lahir diberikan susu formula. Akibatnya, antibodi yang masuk sangat kurang. Ini tentu akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh si bayi selanjutnya.
Sedangkan susu transisi adalah susu yang menjadi pengantar sebelum menuju susu mature, yaitu susu padat yang memenuhi kebutuhan untuk tumbuh kembang bayi. Jadi, susu ini menyiapkan pencernaan bayi untuk mencerna ASI mature. Seperti layaknya bayi yang baru lahir, pertama hanya minum susu, lalu mulai diberi makanan setengah padat, kemudian makanan padat. Nah, ASI juga seperti itu.
Selain itu, dalam waktu yang berbeda, kandungan ASI pun tak sama. Jadi, pada 5-10 menit pertama, susu yang keluar, dinamakan fore milk, sifatnya lebih cair/encer, lebih ringan, hingga lebih mudah dicerna usus bayi. Di atas 10 menit atau disebut hind milk, adalah susu yang komposisinya lebih kental, dengan kandungan protein, lemak dan karbohidrat lebih padat.
3. ASI memberi daya tahan.
Sejak lahir, bayi telah dibekali daya tahan tubuh oleh ibunya sewaktu di kandungan. Pemberian ASI juga merangsang pusat daya tahan tubuh bayi untuk membuat daya tahan tubuh lebih cepat meningkat. Ketika lahir, daya tahan tubuh ini, cepat sekali turunnya, sementara daya tahan tubuh pada bayi lambat naiknya. Nah, dengan diberi ASI, bayi mendapat rangsangan daya tahan tubuh, hingga bisa lebih cepat menaikkannya. Ini biasanya disebut imunitas aktif dan pasif.
4. ASI memberikan rasa aman.
Bukankah kala menyusui terjadi suasana yang aman dan tenang? Ini akan mengingatkan bayi kembali pada rasa aman di dalam perut, karena bayi dipeluk oleh rahim dan mendengar detak jantung ibunya. Nah, detak jantung ibu ini yang menenangkan. Bayi juga merasa terbuai.
Menyusui juga membuat kedekatan hubungan antara si bayi dengan ibu yang nilainya tak terhingga, juga terjalin. Hingga, ia berpotensial menjadi anak baik budi pekertinya. Jadi, bayi yang mendapat ASI eksklusif, selalu berada dalam pelukan ibunya, dielus dan disayang, hingga ia merasa aman, dilindungi, dan dicintai. Ia tumbuh dalam suasana yang secure. Makanya, ia pun akan mencintai lingkungannya. 

Setiap bayi yang lahir dari rahim ibu pasti bahagia karena komposisi ASI-nya pas sesuai kebutuhannya.  

TIPS MENYAMBUT KEDATANGAN BAYI


SATU HARI SEBELUMNYA
  1. Minta ayah membawa pulang ke rumah, barang-barang atau bingkisan berukuran besar hingga karangan bunga dari para kerabat (jika ada).
  2. Siapkan kamar bayi dan perlengkapannya. Boks/tempat tidur untuk si kecil sudah dalam kondisi bersih. Demi menghindari pencetus alergi (jika ayah atau ibu berbakat alergi), hindari penggunaan kasur dan bantal kapuk atau selimut berbahan bulu, juga pakaian yang digantung, dan karpet di sekitar kamar bayi. Penyejuk ruangan/AC harus dalam keadaan bersih, atur suhunya agar tidak terlalu dingin/panas.
  3. Pastikan perlengkapan bagi bayi dan ibu sudah terbawa. Pakaian “wajib” bagi si kecil yang baru lahir, antara lain baju, popok, dan selimut bertopi (tak perlu tebal). Boleh ditambahkan sarung tangan dan kaki. Sedangkan untuk ibu, baju berkancing depan, sehingga  memudahkan bila sewaktu-waktu akan menyusui. Semua pakaian sudah dicuci bersih dan disetrika rapi agar terasa nyaman saat digunakan.
  4. Jangan abaikan perlengkapan tambahan, seperti keranjang khusus untuk membawa bayi di jok belakang jika ibu harus duduk di depan. Juga botol susu dan wadah air hangatnya bagi ibu yang karena satu dan lain hal tidak dapat memberikan ASI.
  5. Surat-surat yang diperlukan. Ingatlah untuk mengurus surat keterangan lahir dari rumah sakit dengan nama dan keterangan yang jelas serta  benar. Surat ini diperlukan untuk mengurus akta kelahiran si kecil nantinya di kantor kelurahan. Guna mengurangi kerepotan orangtua, beberapa rumah sakit juga menyediakan jasa pengurusan akta kelahiran.
  6. Pastikan besok akan pulang pukul berapa. Selain agar si penjemput tak perlu menunggu terlama lalu karena ibu dan bayi mesti bersiap-siap dahulu, ayah tentu juga perlu waktu untuk menyelesaikan urusan administrasi rumah sakit/bersalin.

LANGKAH-LANGKAH DI HARI H
  1. Siapkan bayi. Bila perjalanan menuju rumah cukup jauh, tak ada salahnya memakaikan pospak (popok sekali pakai/diaper) pada bayi agar tak perlu gonta-ganti popok di perjalanan.
  2. Setelah bayi dipakaikan baju beserta sarung kaki dan sarung tangannya, bungkus ia dengan selimut bertopi agar tidak “kaget” saat menghadapi suhu luar.
  3. Pastikan tak ada barang yang tertinggal di ruang perawatan ibu dan surat-surat penting seperti surat keterangan lahir si kecil maupun kwitansi pembayaran sudah diterima dari rumah sakit/bersalin.
  4. Pesanlah kursi roda pada perawat, bila ibu masih mengalami kesulitan berjalan karena nyeri bekas sayatan operasi sesar. Komunikasikan hal ini kepada perawat yang mendampingi ibu. Bagi ibu yang memutuskan untuk berjalan (tidak menggunakan kursi roda), lakukan secara perlahan-lahan. Tak perlu terburu-buru, terutama bagi ibu yang menjalani persalinan sesar.
  5. Tentukan siapa yang menggendong bayi. Jika kondisi ibu sudah kembali fit, saat keluar dari rumah sakit, hendaknya ibulah yang menggendong bayi agar si kecil merasa nyaman. Pendamping/petugas rumah sakit/bersalin membawakan barang yang harus dibawa pulang.
  6. Minta kepada si penjemput agar membawa kendaraan mendekat untuk memudahkan ibu.

IMUNISASI IBU HAMIL


Imunisasi yang dilakukan sebelum dan selama kehamilan merupakan tindakan preventif untuk meningkatkan kekebalan tubuh ibu terhadap infeksi parasit, bakteri, dan virus. Namun dokter tidak akan merekomendasikan pemberian vaksin dari virus yang hidup. Alasannya, selama hamil daya tahan tubuh ibu sedikit menurun sehingga pemberian vaksin hidup dikhawatirkan malah menyebabkan infeksi dan membahayakan janin. Imunisasi boleh diberikan jika vaksinnya mengandung virus mati atau tidak aktif. Berikut imunisasi yang diberikan di masa kehamilan:
1. Tetanus Toksoid (TT)
Di banyak negara, kaum ibu melahirkan dalam kondisi tidak higienis. Hal ini berisiko menimbulkan infeksi oleh kuman tetanus pada ibu dan bayi hingga jiwa mereka terancam. Rahim ibu melahirkan rentan terinfeksi kuman tetanus, sedangkan pada bayi infeksi ini dimulai dari luka pada tali pusatnya. Bakteri Klostridium tetanus pada bayi baru lahir dapat menimbulkan penyakit tetanus neonatorum yang dapat mengakibatkan kematian. Bakteri atau spora tetanus tumbuh dalam luka yang tidak steril. Misalnya, jika tali pusat dipotong dengan pisau yang tidak tajam dan tidak steril, atau jika benda apa pun yang tidak bersih menyentuh ujung tali pusat.
Semua ibu hamil harus memastikan mereka telah mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT) untuk menghindari jangkitan tetanus yang berisiko pada diri dan bayinya. Walaupun sudah mendapatkan imunisasi sebelumnya, ibu membutuhkan tambahan vaksin tetanus toksoid yang biasanya dianjurkan menjelang pernikahan. Bila terlewat, bisa diberikan saat ibu hamil sebanyak dua kali dengan jarak 1 sampai 2 bulan. Menjelang waktu persalinan, imunisasi ini harus sudah lengkap. Karenanya,  di masa hamil, imunisasi ini dilakukan di usia kehamilan 7 bulan, kemudian 8 bulan, dan dapat diulangi tiga tahun kemudian. Setelah diimunisasi, ibu biasanya mengalami  demam ringan meski sangat jarang terjadi, agak nyeri, dan sedikit bengkak pada daerah bekas suntikan. Sesudah persalinan, ibu juga harus memastikan bahwa luka di vagina atau perutnya (akibat sesar) dalam keadaan bersih. Begitu pula tali pusat bayinya.
2. Influenza
Sebuah penelitian terhadap 340 ibu hamil di Bangladesh yang mendapatkan suntikan vaksin flu menunjukkan ibu-ibu tersebut memiliki bayi yang lebih tahan terhadap influenza. Hanya ditemukan tiga kasus flu ketika usia bayi mereka masih di bawah enam bulan. “Padahal tidak pernah terbukti sebelumnya bahwa imunisasi terhadap ibu hamil memberikan keuntungan besar kepada bayinya. Di Amerika, hanya 14% ibu hamil yang menjalani imunisasi ini. Angka ini terpaut tidak jauh dibandingkan di negara miskin dimana akses kesehatan terbatas. Di banyak daerah, program ini telah banyak diberikan kepada ibu  hamil termasuk suntikan antitetanus. Mereka seharusnya menambahkan vaksin influenza,” ujar Mark Steinhoff, Profesor Pediatrik dari Johns Hopkins Universitiy, di Baltimore.
Hasil ini mendukung rekomendasi Badan Kesehatan Dunia  (WHO) bahwa ibu hamil seharusnya mendapatkan imunisasi influenza untuk melindungi dirinya dan calon anaknya.  Infeksi ini meningkat risikonya pada ibu hamil dan bayi yang kurang gizi. Menurut sebuah laporan dalam jurnal medis di Inggris tahun 2005, rata-rata kematian akibat flu masih tinggi untuk bayi usia di bawah enam bulan. Sedangkan di Indonesia, penyakit influenza sering dianggap biasa. Padahal bisa mengganggu kesehatan ibu dan janin. 
Pemberian imunisasi influenza diberikan pada trimester kedua atau ketiga kehamilan. Setelahnya, ibu mungkin mengalami demam ringan, bengkak, dan kemerahan di daerah bekas suntikan. Lakukan imunisasi saat tubuh benar-benar dalam keadaan sehat. Setelah melakukan imunisasi, lakukan cukup istirahat, makan  makanan bergizi, dan jangan dekati orang yang sedang terkena influenza karena akan mudah tertular. Sempatkanlah memeriksakan diri ke dokter jika ibu mengidap flu untuk memastikan flu tersebut tidak membahayakan.
3. Hepatitis B
Umumnya seseorang tidak langsung menyadari bahwa dirinya terinfeksi virus hepatitis B. Bahayanya, janin bisa ikut tertular ketika menjalani proses kelahiran. Karenanya, imunisasi hepatitis B sangat perlu bagi ibu hamil. Bayi baru lahir pun diwajibkan segera mendapat imunisasi Hepatitis B. Vaksin Hepatitis B terbuat dari bahan rekombinan yaitu vaksin yang dibuat dengan bahan rekayasa genetika sehingga menyerupai virus Hepatitis B. Vaksin ini aman diberikan kepada ibu hamil. Waktu pemberian imunisasi ini adalah pada kehamilan bulan pertama, kedua, dan keenam.
Ibu hamil akan diperiksa kadar HbsAg dan Anti-Hbs-nya (reaksi antigen-antibodi). Jika hasil Anti-HbsAg-nya positif, ibu tak perlu imunisasi lagi karena sudah mempunyai zat antobodi/kekebalan hepatitis B. Biasanya setelah imunisasi, timbul demam ringan dan nyeri pada bekas suntikan. Bila tidak ada infeksi dan belum mempunyai antibodi, maka vaksin hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil.
4. Meningococcal
 Vaksin pencegah meningitis atau radang selaput otak ini terbuat dari bakteri meningococcal yang sudah mati/tidak aktif sehingga aman untuk ibu hamil. Apabila ibu hamil menderita meningitis, maka kumannya pun dapat menjalar ke otak janin.
Pada ibu hamil, imunisasi ini sebaiknya diberikan setelah trimester pertama untuk menghindari risiko umum yang terjadi pada kehamilan trimester pertama seperti keguguran. Sebaiknya, lakukan imunisasi ini saat tubuh benar-benar sehat meski pada beberapa orang hanya akan muncul demam ringan.